Di antara kekayaan alam Indonesia yang luar biasa, keberadaan harimau di Jawa, Bali dan Sumatera yang telah lama menjadi sorotan. Namun, kehadiran spesies ini kini hampir lenyap dari pulau-pulau tempatnya dulunya berkeliaran bebas.
Abad ke-20 ditandai dengan kehilangan besar-besaran keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Salah satu korban tragis dari fenomena ini adalah Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica), dan harimau Bali (Panthera Tigris Balica). Salah satu spesies karnivora besar yang dulunya mendominasi hutan-hutan Jawa dan Bali. Namun, mengapa Harimau di pulau Jawa & Bali lebih dulu punah dibandingkan dengan spesies harimau lainnya menjadi sebuah pertanyaan yang mengganggu para ilmuwan dan pengamat alam.
Masa Kepunahan Harimau Jawa
Pada awal abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.
Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverifikasi.
Berikut ini beberapa penyebab harimau Jawa & Bali punah:
1. Habitat dan Geografi
Salah satu perbedaan kunci adalah faktor habitat dan geografi. Harimau Jawa dan Bali hanya ditemukan di pulau yang relatif kecil. Sementara Harimau Sumatera memiliki area habitat yang lebih luas di Pulau Sumatera. Harimau Sumatera memiliki akses ke hutan hujan yang lebih luas dan lebih terisolasi, yang memungkinkan mereka untuk menghindari interaksi manusia yang berlebihan.
2. Tekanan Manusia
Pulau Jawa dan Bali telah mengalami tekanan manusia yang jauh lebih besar daripada Sumatera. Pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi, dan pertanian intensif telah menyebabkan fragmentasi habitat dan hilangnya lahan liar di Jawa dan Bali dengan cepat. Hal ini meningkatkan konflik antara manusia dan harimau serta meningkatkan tekanan perburuan untuk memenuhi permintaan produk-produk harimau dalam praktik-praktik tradisional.
Kemudian beberapa tradisi di yang menjadikan harimau sebagai objek hiburan semata. Seperti rampogan macan, adu macan dan lain lain. Lalu pengaruh dari kolonialisme yang mengintruksikan perburuan harimau untuk kepentingan bisnis & penjajahan mereka di Pulau Jawa.
3. Ukuran Populasi Awal yang Lebih Kecil
Harimau Jawa dan Bali memiliki populasi yang lebih kecil saat awalnya. Berbeda dengan populasi Harimau Sumatera yang jauh lebih besar. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan eksternal seperti perburuan ilegal dan hilangnya habitat.
4. Kurangnya Perlindungan
Minimnya upaya perlindungan di Jawa & Bali dikarenakan kebutuhan manusia yang jauh lebih besar atas hutan di Pulau Jawa & Bali. Perlindungan yang lebih efektif dan penegakan hukum yang lebih kuat sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup spesies-spesies yang terancam punah.
5. Kehadiran Pendukung Konservasi
Harimau Sumatera telah mendapat perhatian yang lebih besar dari komunitas internasional dan lokal dalam hal konservasi. Ini termasuk upaya-upaya pemantauan dan perlindungan yang lebih besar, serta dukungan finansial yang signifikan dari organisasi-organisasi konservasi.
Mari Membantu Menjaga Kelestarian Harimau Sumatera
Meskipun kebaradaan harimau di Indonesia menghadapi tekanan yang serius, faktor-faktor seperti ukuran habitat, tekanan manusia, perlindungan, dan dukungan konservasi telah memainkan peran kunci dalam menentukan nasib masing-masing spesies. Melalui pemahaman tentang perbedaan-perbedaan ini, kita dapat belajar untuk melindungi dan mempertahankan spesies-spesies langka lainnya di masa depan. damarpilau.id