Tarsius Belitung? nama yang terasa aneh di otak saya. Karena setahu saya hewan Tarsius biasanya hanya bisa di temui di beberapa kawasan hutan Kepulauan Sulawesi. Emang di Belitung ada juga ya tarsius? Untuk menjawab rasa penasaran saya terhadap pertanyaan itu, akhirnya saya melakukan perjalanan sembari liburan ke Pulau Belitung. Yuk simak cerita serunya berikut ini!
Perjalanan Dari Jakarta ke Belitung
Sebetulnya ini adalah perjalanan kedua saya ke Pulau Belitung. Karena 2 tahun yang lalu saya pernah ke Belitung untuk menghadiri salah satu acara besar yang diselenggarakan disana. Perjalanan kedua ini saya menggunakan pesawat ekonomi yang berwarna merah. Sengaja saya mengambil jadwal keberangkatan yang tidak terlalu pagi agar saya bisa lebih leluasa prepare di rumah.
Jauh hari sebelum keberangkatan saya sudah mengontak kawan yang ada di Belitung untuk membantu menyiapkan akomodasi dan transportasi saya selama disana. Rencana di Belitung kali ini saya mencoba stay selama 3 hari saja. Dengan harapan bisa mendapatkan banyak bahan artikel yang unik dan menarik seputar Belitung.
Singkat cerita setelah saya tiba di Pulau Belitung, kawan saya sudah standby di pintu keluar bandara. Sekedar informasi bahwa jarak dari Jakarta ke Belitung cukup dekat sekali, hanya perlu waktu tempuh sekitar 1 jam saja. Kami pun langsung menuju kedai kopi / rumah makan untuk mengisi perut yang masih kosong belum sempat diisi. Setelah makan kami pun langsung menuju ke rumah kawan yang berada di kota Tanjung Pandan untuk menyimpan beberapa barang saya.
Menuju Taman Wisata Alam Batu Mentas Belitung
Menurut informasi yang didapat dari internet, ada salah satu tempat konservasi tarsius Belitung yang berada di Kecamatan Badau, Belitung Barat. Nama tempatnya adalah Wisata Alam Batu Mentas. Lokasinya berada di Desa Kelekak Datuk, Badau Belitung Barat.
Kami pun bergegas menuju lokasi yang berjarak sekitar 30 menit dari Kota Tanjung Pandan. Akses jalan menuju ke Wisata Alam Batu Mentas terbilang cukup baik. Dan tidak terlalu susah hanya dengan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Google Maps.Wisata alam yang berada di kaki Gunung Tajam ini dibangun sekitar tahun 2011 – 2012 oleh beberapa unsur kelompok masyarakat yang peduli alam Belitung.
Sesampainya di lokasi, saya langsung mencari keberadaan mahluk mungil asli Belitung tersebut. Terlihat ada beberapa kendang sanctuary yang berukuran lumayan cukup besar dan di dalamnya terdapat hewan yang say acari tersebut.
Yuk Kenalan Dulu Sama Tarsius Belitung
Tarsius Belitung atau Chephalopacus Bancanus Saltator mulai dikenal duia sekitar tahun 2008 dimana IUCN memasukan hewan ini ke dalam daftar hewan yang terancam punah. Si mungil ini mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenis tarsius lainnya. Panjang tubuhnya berkisar antara 12–15 cm dengan berat tubuh sekitar 110 – 130 gram saja. Tarsius Belitung atau dalam Bahasa lokal disebut Palilean / Mentilin mempunyai bulu tubuh yang berwarna cokelat kemerahan hingga abu-abu kecokelatan. Keunikan dari hewan ini adalah memiliki mata bulat yang berdiameter 16 milimeter yang tidak dapat melirik untuk melihat ke kanan atau ke kiri.
Keunikan lainnya adalah tarsius Belitung ini bisa memutarkan kepalanya hingga 180 derajat. Hewan mungil ini memiliki kaki yang ukurannya lebih Panjang daripada tubuhnya. Yang berfungsi untuk melalukan perpindahan dari pohon ke pohon. Keistimewan lainnya ia memiliki telinga yang mampu mengolah gelombang ultrasonik.
Selain di Wisata Alam Batu Mentas, ada satu lagi tempat serupa yang bernama Bukit Peramun yang berada di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung.
Aktivitas & Habitat
Tarsius Belitung adalah spesies yang berbeda dengan yang ada di hutan Sulawesi. Ia tinggal di bawah kanopi – kanopi dedaunan, tidak seperti tarsius Sulawesi yang tinggal di lubang pohon.
Tarsius Belitung hidup soliter dengan pasangan dan anak-anaknya yang akan disapih setelah berusia enam bulan. Setelah itu, sang anak akan mencari teritori baru dan menandainya dengan urine. Nah, batas teritori ini akan dipertahankan pula dengan kemampuan ultrasonik mereka. Tarsius merupakan hewan monogami yang hanya punya satu pasangan sampai mati.
BACA JUGA: Orangutan dan Ancaman Deforestasi Hutan
Keberadaan & Ancaman Tarsius Belitung
Keberadaan tarsius di habitatnya menghadapi ancaman karena adanya deforestasi. Hutan dan vegetasi hijau semakin menyusut yang beralih fungsi menjadi area tambang & perkebunan akan mempengaruhi habitat alami tarsius. Yang kemudian terfragmentasi menjadi kantong-kantong habitat yang terisolasi.
Upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk menjamin kelestarian jenis tarsius belitung. Salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh Wisata Alam Batu Mentas ini. Dan juga terus mengembangkan penelitian untuk mengetahui kondisi habitat, mengingat kondisi habitat tarsius selalu berubah karena aktivitas penggunaan lahan oleh manusia. Penelitian tarsius Belitung masih terus dilakukan hingga saat ini. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian mahluk mungil khas Belitung ini.
Wisata Alam Belitung
Setelah seharian asik berkutat dengan si mungil di Taman Wisata Alam Batu Mentas, keesokan harinya saya menunjungi beberapa destinasi wisata yang terkenal di Belitung. Diantaranya adalah Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Gusong Bugis, Batu Baginda dan Pulau Leebong.
Tak bisa dipungkiri dibalik geliat eksploitasi dan alih fungsi hutan yang semakin mengkhawatirkan, Belitung menyimpan berbagai keindahan alam yang luar biasa.
Terlebih setelah booming nya film Laskar Pelangi beberapa tahun yang lalu, memberikan dampak positif bagi kamajuan dan perkembangan pariwisata Belitung.
Itulah cerita singkat saya tentang Tarsius Belitung semoga bisa menjadi bahan referensi & tambahan informasi anda tentang Pulau Belitung.
Baca Juga: Ini dia fakta menarik tentang Komodo yang jarang diketahui
(Artikel ini ditulis tahun 2018 dan baru di rilis tahun 2022 ini, ngendap lama di pulkas. hhehe)