Pulau Peucang, Healing Kesini Dijamin Fresh

pulau-peucang-taman-nasional-ujung-kulon-6-damarpilau

Pulau Peucang Itu Dimana Pulau Peucang adalah salah satu destinasi wisata yang termasuk ke dalam kawasan  Taman Nasional Ujung Kulon. Pulau yanng menjadi bagian situs warisan duunia UNESCO dengan luas sekitar 450 hektare ini, kini semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan baik  lokal maupun mancanegara.  Sarana dan prasarana di pulau ini sekarang sudah semakin lengkap dan terawat dengan baik. Seperti dermaga, penginapan,  pusat informasi dan lain –lain. Pulau Peucang berada di Selat Panaitan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, pulau ini berada di sebelah timur Taman Nasional Ujung Kulon.   Cara ke  Pulau Peucang Akses menuju ke Pulau Peucang sudah sangat mudah dan terbilang cukup aman. Pulau ini bisa ditempuh sekitar 6 – 8 jam perjalanan darat dari Jakarta sampai dermaga penyebrangan di Kecamatan Sumur kemudian menyeberang menggunakan boat / perahu nelayan dengan jarak tempuh sekitar 1- 2 jam lebih. Pulau Peucang merupakan base camp dan tempat pendaftaran wisatawan yang akan menjelajahi Taman Nasional Ujung Kulon. Di Pulau kecil ini dapat Anda temukan beberapa tipe akomodasi untuk beristirahat.   Obyek Wisata Alam di Pulau Peucang Selain pantainya yang indah dengan ciri khas hamparan pasir putihnya yang luas,  Pulau Peucang memiliki beberapa  obyek wisata alam yang menyajikan pesona keindahan yang berbeda dari yang lain. Berikut beberapa obyek wisata alam tersebut: 1. Karang Copong Karang Copong berada di bagian belakang Pulau Peucang. Untuk menuju kesini anda hanya perlu melakukan treking melewati hutan rimbun yang berada di Pulau ini. Jika beruntung kita anda akan menemukan berbagai hewan – hewan yang menghuni pulau ini seperti Menjangan, Monyet,  Tupai dan masih banyak lagi hewan lain nya. Waktu yang tepat untuk menyambangi Karang Copong adalah sore  hari atau menjelang senja. Karena posisinya yang menghdap barat, panorama sunset disini sangat sempurna dan indah sekali. 2. Spot Ciapus Di spot ini kita bisa snorkeling sepuasnya dan melihat berbagai keindahan flora dan fauna bawah laut yang masih asri dan alami. Koral dan batu karang yang berbagai macam jenis akan menghipnotis siapapun yang snorkeling /  menyelam disini. 3. Savana Cidaon Mirip seperti pemandangan di film Afrika, mungkin itulah gambaran yang cocok untuk menjelaskan obyek wisata alam yang satu ini. Savan a Cidaon terletak bersebrangan dengan Pulau Peucang. Lokasi ini bisa ditempuh hanya dengan 15 menit saja dengan menggunakan perahu. Disini kita bisa melihat hamparan padang rumput yang luas dan hijau. Jika kebetulan,  kita bisa melihat kawanan banteng atau rusa sedang merumput disini. Namun hewan maskot Taman Nasional Ujungkulon yaitu badak bercula satu sangat sulit ditemui. Karena jumlah nya yang semakin menyusut dan juga proses perkembangbiakan nya yang sangat susah membuat hewan ini menjadi salah satu hewan yang termasuk dilindungi kategori prioritas. BACA JUGA: Kampung Budaya Pandan Wangi Cianjur 4. Mini Amazon Setelah melakukan treking di savana Cidaon, ada baiknya anda mencoba menjelajahi eksotisme hutan amazon versi Ujung Kulon dengan menggunakan perahu sampan kecil. Pepohonan besar yang rindang disertai hewan – hewan khas pulau ini menjadikan suasana amazon yang nyata di tempat ini. 5. Tanjung Layar Selain beberapa spot yang telah disebutkan diatas, kita juga dapat melihat situs sejarah peninggalan kolonial Belanda berupa menara mercusuar dan bekas pembangunan dermaga di Tanjung Layar dan Cibom. Itulah gambaran sekilas tentang Pulau Peucang yang bisa kami sajikan. Selebihnya anda wajib datang langsung untuk melihatnya. (Rambu Semesta)

Fenomena Suporter Sepak Bola Dalam Negeri

suporter-sepak-bola-indonesia-1

Suporter Sepak Bola  –  Sedikit berbagi cerita tentang meninggalnya seorang suporter salah satu klub sepak bola di dlm negeri yg beberapa pekan ini menjadi trending topik di berbagai linimasa media sosial. Ya, tanpa harus dijelaskan siapa korban nya dan siapa pelakunya, mungkin ente juga sdh mengetahuinya. Entah ini adalah korban meninggal yang keberapa selama beberapa tahun terakhir, yang jelas hampir setiap thn selalu sj ada tragedi konyol seperti ini. Karena Perbedaan Pertanyaan yg sama mungkin terlontar dari benak kita semua, kenapa gara-gara berbeda klub kebanggaan, berbeda warna atribut atau berbeda idola harus menjadi alasan utk saling membenci, menjelekan pendukung klub lain atau bahkan sampai saling menyerang padahal kita berpijak di tempat yg sama, tanah yg sama dan bangsa yg sama. Disini ane sedikit memberikan alasan yang mungkin menurut ane paling mendasar.( Sorry ya jagan di komplen, ane kan bukan ahli haha). Fenomena pendukung klub sepakbola di tanah air sekarang ini sebenarnya sudah berlangsung dari dulu secara turun temurun, namun kemajuan zaman saat ini ikut mempengaruhi juga pola perilaku para pendukung klub sepak bola tersebut. BACA JUGA: Efek Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Manusia Hal Mendasar Namun hal yg paling mendasar adalah adanya faktor ‘Konformitas dan Deindividuasi’ tertentu yg sejatinya memang sudah menjadi kebutuhan dasar utk sebagian orang tertentu ( biasanya remaja labil sangat rentan melakukan hal ini). Mungkin bagi anda akan sedikit asing dgn istilah-istilah diatas tadi, nah utk itu sedikit ane kasih penjelasan tentang apa itu Konformitas dan apa itu Deindividuasi. (Berlagak kayak guru ya ane.hihi). Konformitas Konformitas lebih kepada pola perilaku kita yg mengikuti kebanyakan orang di sekitar. Dgn kata lain ikut-ikutan biar disebut gaul..wkwkwkw. Deindividuasi Deindividuasi adalah hilang nya kesadaran akan diri sendiri karena pengaruh kelompok atau kesatuan tertentu. Nah dari sini ente mungkin sekilas sdh bisa menyimpulkan bukan, Kenapa sekarang semakin banyak pendukung sepak bola di berbagai daerah hampir semua mempunyai perilaku yg sama, memakai baju kebanggaan yg sama bergerak kompak sesuai dgn kelompoknya dan bertindak seringkali konyol atau tidak masuk akal (brutal, sarkas dll). Penyebab utamanya ya karena itu tadi..ya itu..masa ane mesti jelasin lagi sih.  Hhm ( Tulisan  ini ditulis oleh saya pada tahun 2018, sesaat setelah mengetahui informasi bahwa ada salah satu suporter klub sepakbola lokal yang tewas akibat di keroyok suporter lain ) Rambu Semesta

Sejarah Jamu dan Perkembangannya di Indonesia

jamu-gendong-indonesia-damarpilau

Sejarah jamu di Indonesia tidak terlepas dari kekayaan alam negara kita yang melimpah ruah. Karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia, terutama  tanaman / tumbuhan. Hal inilah yang menjadi salah satu sumber  pemikiran orang – orang terdahulu dalam memanfaatkan hasil bumi. Selain sebagai santapan pengisi perut, tanaman – tanaman  tertentu dipergunakan sebagai pengobatan suatu penyakit . Mungkin hal seperti ini bisa disebut lumrah, karena hampir semua manusia dibelahan penjuru bumi memanfaatkan hasil alam untuk kebutuhan pangan dan kesehatan mereka.  Bahkan hingga saat ini masih ada suku-suku tertentu di pedalaman Indonesia yang masih menjalankan tradisi itu secara primitif, seperti suku-suku di pedalaman Papua, Kalimantan atau suku Baduy di Provinsi Banten. Jamu Dari Masa ke Masa Tetapi lain halnya dengan jamu, istilah jamu mulai ramai dipergunakan di masa – masa kerajaan jawa dahulu kala ( Beberapa kalangan ada yang mendeskripsikan  Kerajaan Mataram kuno, tetapi ada juga yang mendeskripsikan  Kerajaan Mataram baru ). Namun disini kita menyimpulkan  bahwa jamu sudah ada sejak jaman Mataram kuno atau sekitar abad ke 7-8 masehi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa relief bergambar orang sedang menumbuk dan meminum jamu di beberapa candi yang berada di Jawa Tengah.  Awalnya jamu hanya sebagai minuman khusus kalangan bangsawan di lingkungan kerajaan  atau para punggawa /pasukan perang yang biasa mengkonsumsinya. Dengan kata lain jamu adalah minuman berkhasiat untuk kaum kelas atas. Peraciknya pun bukan sembarang orang atau  siapa  saja, tapi seseorang yang disebut Acaraki atau orang yang mempunyai kekuatan supranatural  dan mahir dalam mengolah dan meramu jamu dengan pengakuan resmi dari pihak kerajaan. Manfaat  Jamu Sama halnya dengan ramuan zhongyi dari China atau ginseng dari Korea, bahan jamu biasanya memanfaatkan akar-akar rimpang, dedaunan serta kulit atau batang tanaman tertentu yang memiliki khasiat untuk kesehatan. Beberapa artikel menyebut bahwa kata jamu adalah singkatan dari bahasa Jawa kuno yaitu jampi dan usada yang artinya jampi ( mantra / doa ) dan usada ( kesehatan ). Dengan kata lain jamu adalah ramuan khusus untuk kesehatan  yang telah diberi mantra atau doa – doa tertentu. BACA JUGA: 8 Jenis Jamu Gendong Seiring berjalan nya  waktu, jamu terus berkembang secara dinamis. Semula hanya kaum tertentu di lingkup kerajaan yang biasa mengkonsumsi jamu, perlahan mulai menyebar ke masyarakat umum. Hal ini tidak terlepas dari peran para budak-budak kerajaan zaman dulu yang biasa melihat tradisi mengolah dan mengkonsumsi jamu di dalam lingkup kerajaan kemudian dicoba dirumah masing-masing sampai menjadi tradisi yang tidak terlepaskan bagi masyarakat Jawa dahulu. Bahkan tradisi minum jamu bukan lagi untuk penyembuhan penyakit, melainkan untuk menjaga kecantikan dan perawatan tubuh para wanita dahulu. Bertahan berabad-abad lamanya, tradisi jamu tetap terpelihara dari masa ke masa. Hal itu diperkuat oleh karakteristik masyarakat Jawa dahulu yang selalu menjaga tradisi leluhurnya secara turun temurun dengan sangat apik dan penuh tanggung jawab. Jauh sebelum kaum kolonial datang ke nusantara, pengobatan segala jenis penyakit masih bertumpu pada ramuan berbahan dasar dari alam ( tanpa kimia ). Jamu di Masa Kolonial Belanda Sampai  tiba kaum kolonial di nusantara tradisi jamu menjadi suatu hal yang menarik bagi beberapa kalangan  kaum kolonial. Para peneliti dan dokter – dokter Belanda yang tertarik dengan jamu tak jarang belajar langsung kepada dukun / tabib yang pandai meracik ramuan untuk jamu. Bahkan sudah ada beberapa buku / jurnal yang dibuat oleh dokter – dokter Belanda yang membahas tentang praktek pengobatan dengan menggunakan ramuan jamu. Karena pada abad 16 pengobatan modern Eropa sedang berekspansi ke seluruh penjuru dunia, hal itu juga yang membuat eksistensi jamu mulai menyusut. Karena pengaruh kolonial yang sangat kuat merangsek kedalam semua lini kehidupan masyarakat, membuat tradisi masyarakat pun mulai berubah. Namun demikian tradisi jamu terus bertahan karena telah mengakar pada setiap individu masyarakat Jawa dahulu. Filosofi Jamu Secara historis jamu mempunyai nilai filosofis yang tinggi , dimana orang-orang terdahulu tidak sembarangan dalam membuat jamu.  Ada beberapa jamu yang wajib / selalu diutamakan dalam pembuatannya dan sangat berkaitan erat dengan nilai – nilai kehidupan. Begitupun tahapan-tahapan dalam mengkonsumsi jamu itu sendiri. Proses Pembuatan dan aturan mengkonsumsi jamu yang populer dibagi menjadi 8 bagian. Hal ini merunut pada arah penjuru  angin yang berjumlah 8. Mulai dari kunir asem, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup dan sinom. Kedelapan jenis jamu itu dikonsumsi  sesuai urutan rasa, dimulai dari manis-asam, pedas – hangat, pedas pahit, tawar dan kembali ke manis. Urutan tersebut merupakan representasi dari perjalanan kehidupan manusia, dimana rasa manis adalah masa balita dan anak-anak. Kemudian rasa asam merupakan representasi  dari kondisi remaja tanggung ketika manusia melihat samar-samar kehidupan yang sebenarnya. Berikutnya adalah masa pradewasa yang disimbolkan dengan beras kencur. Di masa ini manusia mulai memasuki tahap kedewasaan, dimana di masa-masa ini biasanya masa percobaan dan egosentris ( apapun selalu ingin dicoba tanpa memikirkan akibatnya). Rasa beras kencur yang sedikit pedas menggambarkan bahwa manusia baru merasakan sedikit saja kehidupan yang sebenarnya, atau dikenal dengan istilah ‘rang yang masih bau kencur’. Rasa cabe puyang adalah rasa pahit dan pedas yang dialami manusia dalam kehidupan yang sebenarnya. Setelah itu seiring dengan berjalannya waktu, semakin tua semua rasa itu hilang dan berubah menjadi  tawar.  Dan pahit pun berubah menjadi manis kembali. Begitulah nilai filosofi jamu yang masih tertanam hingga saat ini. JAMU DI MASA KINI Kini eksistensi jamu sebagai warisan tradisi semakin menggaung dan populer di masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak wirausahawan baru yang melirik jamu sebagai komoditas  utama bisnis mereka. Ada yang fokus menjual bahan – bahan pembuatan jamu / empon-empon, ada juga yang mengolah jamu secara kreatif. Tak hanya di gendong lagi kini para penjual jamu bisa memasarkan produknya dengan mudah hanya melalui handphone atau  melalui marketplace serta media sosial yang kini menjadi salah satu tren gaya hidup masyarakat. Kemasannya pun beraneka ragam, mulai dari menggunakan botol plastik, botol kaca atau serbuk siap seduh yang dikemas secara menarik dan kekinian. Bahkan cafe-cafe atau kedai khusus yang menyediakan jamu sekarang mulai bermunculan dimana-mana. Sama halnya seperti kopi, kini jamu mulai menjadi bagian dari gaya hidup beberapa kalangan masyarakat di Indonesia. Namun demikian, penjual jamu gendong konvensional tetap bertahan dengan profesi mereka. Bahkan boleh disebut merekalah yang menjadi ujung tombak pelestari