damar-pilau

damar pilau

Keaneka Ragaman Hayati Indonesia

tarsius-belitung-damarpilau

Tarsius Belitung, Satwa Mungil Yang Semakin Langka

Tarsius Belitung? nama yang terasa aneh di otak saya. Karena setahu saya hewan Tarsius biasanya hanya bisa di temui di beberapa kawasan hutan Kepulauan Sulawesi. Emang di Belitung ada juga ya tarsius? Untuk menjawab rasa penasaran saya terhadap pertanyaan itu, akhirnya saya melakukan perjalanan sembari liburan ke Pulau Belitung. Yuk simak cerita serunya berikut ini!   Perjalanan Dari Jakarta ke Belitung Sebetulnya ini adalah perjalanan kedua saya ke Pulau Belitung. Karena 2 tahun yang lalu saya pernah ke Belitung untuk menghadiri salah satu acara besar yang diselenggarakan disana. Perjalanan kedua ini saya menggunakan pesawat ekonomi yang berwarna merah. Sengaja saya mengambil jadwal keberangkatan yang tidak terlalu pagi agar saya bisa lebih leluasa prepare di rumah. Jauh hari sebelum keberangkatan saya sudah mengontak kawan yang ada di Belitung untuk membantu menyiapkan akomodasi dan transportasi saya selama disana. Rencana di Belitung kali ini saya mencoba stay selama 3 hari saja. Dengan harapan bisa mendapatkan banyak bahan artikel yang unik dan menarik seputar Belitung. Singkat cerita setelah saya tiba di Pulau Belitung, kawan saya sudah standby di pintu keluar bandara. Sekedar informasi bahwa jarak dari Jakarta ke Belitung cukup dekat sekali, hanya perlu waktu tempuh sekitar 1 jam saja. Kami pun langsung menuju kedai kopi / rumah makan untuk mengisi perut yang masih kosong belum sempat diisi. Setelah makan kami pun langsung menuju ke rumah kawan yang berada di kota Tanjung Pandan untuk menyimpan beberapa barang saya. Menuju Taman Wisata Alam Batu Mentas Belitung Menurut informasi yang didapat dari internet, ada salah satu tempat konservasi tarsius Belitung yang berada di Kecamatan Badau, Belitung Barat. Nama tempatnya adalah Wisata Alam Batu Mentas. Lokasinya berada di Desa Kelekak Datuk, Badau Belitung Barat. Kami pun bergegas menuju lokasi yang berjarak sekitar 30 menit dari Kota Tanjung Pandan. Akses jalan menuju ke Wisata Alam Batu Mentas terbilang cukup baik. Dan tidak terlalu susah hanya dengan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Google Maps.Wisata alam yang berada di kaki Gunung Tajam ini dibangun sekitar tahun 2011 – 2012 oleh beberapa unsur kelompok masyarakat yang peduli alam Belitung. Sesampainya di lokasi, saya langsung mencari keberadaan mahluk mungil asli Belitung tersebut. Terlihat ada beberapa kendang sanctuary yang berukuran lumayan cukup besar dan di dalamnya terdapat hewan yang say acari tersebut. Yuk Kenalan Dulu Sama Tarsius Belitung Tarsius Belitung atau Chephalopacus Bancanus Saltator mulai dikenal duia sekitar tahun 2008 dimana IUCN memasukan hewan ini ke dalam daftar hewan yang terancam punah. Si mungil ini mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenis tarsius lainnya. Panjang tubuhnya berkisar antara 12–15 cm dengan berat tubuh sekitar 110 – 130 gram saja. Tarsius Belitung atau dalam Bahasa lokal disebut Palilean / Mentilin mempunyai bulu tubuh yang berwarna cokelat kemerahan hingga abu-abu kecokelatan. Keunikan dari hewan ini adalah memiliki mata bulat yang berdiameter 16 milimeter yang tidak dapat melirik untuk melihat ke kanan atau ke kiri. Keunikan lainnya adalah tarsius Belitung ini bisa memutarkan kepalanya hingga 180 derajat. Hewan mungil ini memiliki kaki yang ukurannya lebih Panjang daripada tubuhnya. Yang berfungsi untuk melalukan perpindahan dari pohon ke pohon. Keistimewan lainnya ia memiliki telinga yang mampu mengolah gelombang ultrasonik. Selain di Wisata Alam Batu Mentas, ada satu lagi tempat serupa yang bernama Bukit Peramun yang berada di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Aktivitas & Habitat Tarsius Belitung adalah spesies yang berbeda dengan yang ada di hutan Sulawesi. Ia tinggal di bawah kanopi – kanopi dedaunan, tidak seperti tarsius Sulawesi yang tinggal di lubang pohon. Tarsius Belitung hidup soliter dengan pasangan dan anak-anaknya yang akan disapih setelah berusia enam bulan. Setelah itu, sang anak akan mencari teritori baru dan menandainya dengan urine. Nah, batas teritori ini akan dipertahankan pula dengan kemampuan ultrasonik mereka. Tarsius merupakan hewan monogami yang hanya punya satu pasangan sampai mati. BACA JUGA:  Orangutan dan Ancaman Deforestasi Hutan Keberadaan & Ancaman Tarsius Belitung Keberadaan tarsius di habitatnya menghadapi ancaman karena adanya deforestasi. Hutan dan vegetasi hijau semakin menyusut yang beralih fungsi menjadi area tambang &  perkebunan akan mempengaruhi habitat alami tarsius. Yang kemudian terfragmentasi menjadi kantong-kantong habitat yang terisolasi. Upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk menjamin kelestarian jenis tarsius belitung. Salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh Wisata Alam Batu Mentas ini. Dan juga terus mengembangkan penelitian untuk mengetahui kondisi habitat, mengingat kondisi habitat tarsius selalu berubah karena aktivitas penggunaan lahan oleh manusia. Penelitian tarsius Belitung masih terus dilakukan hingga saat ini.  Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian mahluk mungil khas Belitung ini.   Wisata Alam Belitung Setelah seharian asik berkutat dengan si mungil di Taman Wisata Alam Batu Mentas, keesokan harinya saya menunjungi beberapa destinasi wisata yang terkenal di Belitung. Diantaranya adalah Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Gusong Bugis, Batu Baginda dan Pulau Leebong. Tak bisa dipungkiri dibalik geliat eksploitasi dan alih fungsi hutan yang semakin mengkhawatirkan, Belitung menyimpan berbagai keindahan alam yang luar biasa. Terlebih setelah booming nya film Laskar Pelangi beberapa tahun yang lalu, memberikan dampak positif bagi kamajuan dan perkembangan pariwisata Belitung. Itulah cerita singkat saya tentang Tarsius Belitung semoga bisa menjadi bahan referensi & tambahan informasi anda tentang Pulau Belitung. Baca Juga: Ini dia fakta menarik tentang Komodo yang jarang diketahui (Artikel ini ditulis tahun 2018 dan baru di rilis tahun  2022 ini, ngendap lama di pulkas. hhehe)

Baca Selengkapnya »
https://damarpilau.id/problematika-sampah-dan-solusinya-dalam-kehidupan-sehari-hari

Problematika Sampah dan Solusinya Dalam Kehidupan Sehari hari

Di sepanjang tepi jalan, di tumpukan besar di tempat pembuangan sampah, dan bahkan di lautan yang jauh, kita dapat menemukan jejak-jejak sampah. Sampah telah menjadi salah satu masalah paling menonjol yang dihadapi dunia saat ini. Karena dampaknya yang meluas dari lingkungan hingga kesehatan manusia. Untuk memahami isu ini dengan lebih baik dan mencari solusi yang berkelanjutan, mari kita telaah lebih dalam tentang sampah. Apa Itu Sampah? Adalah sebagai barang-barang yang sudah tidak lagi digunakan atau dianggap tidak memiliki nilai, dan seringkali dibuang tanpa pengelolaan yang tepat. Sampah dapat berupa berbagai jenis, termasuk limbah organik (seperti sisa makanan), limbah anorganik (seperti plastik dan kaca), dan limbah berbahaya (seperti baterai dan bahan kimia berbahaya). Berbagai jenis sampah yang umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari 1. Organik Sampah organik adalah jenis yang berasal dari bahan-bahan alami yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme. Contohnya adalah sisa makanan, daun, dan ranting. Sampah organik dapat diuraikan melalui proses kompos menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman. 2. Anorganik Terdiri dari bahan-bahan yang tidak mudah terurai secara alami. Ini termasuk plastik, kaca, logam, dan karet. Sampah anorganik seringkali menjadi perhatian karena sulit diuraikan dan dapat menciptakan masalah lingkungan yang serius jika tidak dikelola dengan baik. 3. Berbahaya Adalah jenis sampah yang mengandung bahan kimia atau zat-zat berbahaya yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia jika tidak ditangani dengan benar. Contohnya adalah baterai, cat, pestisida, obat-obatan, dan limbah elektronik. Pengelolaannya sangat berbahaya karena memerlukan perlakuan khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan. 4. Khusus Merujuk pada jenis yang memiliki karakteristik khusus dan memerlukan penanganan yang berbeda. Contohnya adalah limbah medis dari rumah sakit, limbah konstruksi dan bangunan, serta limbah elektronik (e-waste). Seringkali memiliki risiko yang lebih besar terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. 5. Campuran Adalah jenis sampah yang mengandung campuran dari berbagai jenis material, baik organik maupun anorganik. Ini adalah jenis sampah yang paling umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat dalam sampah rumah tangga dan komersial. Dampak Sampah Beberapa dampak utama termasuk: Kerusakan Lingkungan. Yang tidak terurai memenuhi lautan, hutan, dan daratan, mengganggu ekosistem alami dan merusak habitat satwa liar. Pencemaran Air dan Udara. Pembakaran yang menghasilkan emisi berbahaya yang mencemari udara, sementara limbah cair yang tidak ditangani dengan baik dapat mencemari sumber air. Ancaman Kesehatan. Sampah yang terbuang sembarangan dapat menjadi tempat berkembang biak bagi penyakit dan menciptakan risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Kerugian Ekonomi. Biaya pengelolaan sampah, termasuk biaya pengangkutan dan pemrosesan, menjadi beban ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah. Baca juga: Solusi energi terbarukan untuk saat ini dan masa depan Solusi untuk Masalah Sampah   Meskipun tantangan yang dihadapi oleh sampah mungkin besar, tetapi bukan berarti tak ada harapan. Berbagai solusi dapat diimplementasikan untuk mengurangi dampak sampah, termasuk: Pengurangan Penggunaan Plastik. Mengadopsi gaya hidup bebas plastik dengan menghindari penggunaan kantong plastik sekali pakai dan botol plastik. Mendaur Ulang. Meningkatkan program daur ulang di komunitas dan memastikan bahwa warga memilah dengan benar. Edukasi Masyarakat. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan yang bertanggung jawab dan dampaknya terhadap lingkungan. Inovasi Teknologi. Mengembangkan teknologi baru untuk pengolahan sampah, termasuk metode daur ulang yang lebih efisien dan pembangkit energi dari sampah. Peran Individu dalam Mengatasi Sampah Setiap individu memiliki peran yang penting dalam menangani masalah sampah. Dengan mengadopsi perilaku yang bertanggung jawab, seperti mengurangi penggunaan plastik, memilah dan mendukung program daur ulang, setiap orang dapat berkontribusi pada solusi yang lebih besar. Sampah adalah masalah global yang membutuhkan solusi lokal. Dengan kesadaran akan dampaknya yang merusak, serta kerjasama antara individu, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat mengatasi tantangan ini secara efektif. Dengan langkah-langkah konkret dan keputusan bijak, kita dapat memastikan bahwa bumi kita tetap menjadi tempat yang sehat dan berkelanjutan untuk ditinggali oleh generasi mendatang. Aksi yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah Di tengah-tengah krisis lingkungan global yang semakin mendesak, penting bagi kita untuk memperhatikan dampak dari limbah yang kita hasilkan setiap hari. Dalam upaya untuk mengurangi beban lingkungan dan memperpanjang umur bumi kita, konsep “reduce, reuse, recycle” (mengurangi, memanfaatkan ulang, mendaur ulang) menjadi semakin relevan. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana konsep ini dapat menjadi kunci dalam memerangi masalah sampah. Mengurangi (Reduce) Langkah pertama dalam mengurangi dampak sampah kita adalah dengan meminimalkan produksi limbah itu sendiri. Ini melibatkan pengurangan penggunaan bahan-bahan sekali pakai dan mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Misalnya, kita bisa mulai dengan: Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai. Mengganti kantong plastik dengan tas belanja yang dapat digunakan berulang kali. Menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, dan menghindari produk-produk yang dikemas secara berlebihan. Berbelanja Secara Bijaksana. Membeli barang-barang dalam kemasan besar untuk mengurangi jumlah kemasan yang dihasilkan. Memilih Produk Ramah Lingkungan. Memilih produk yang memiliki label ramah lingkungan atau menggunakan bahan daur ulang. Baca Juga: Efek perubahan iklim untuk kesehatan manusia Memanfaatkan Ulang (Reuse) Konsep “reuse” menekankan pentingnya menggunakan kembali barang-barang sebanyak mungkin sebelum membuangnya. Ini melibatkan kreativitas dalam memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah ada. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain: Mendaur Ulang Barang-Barang Lama. Menggunakan kembali barang-barang yang tidak lagi digunakan dengan cara yang kreatif. Seperti mengubah pakaian lama menjadi sesuatu yang baru atau menggunakan wadah bekas sebagai wadah penyimpanan. Berbagi dan Mendonasikan. Memberikan barang-barang yang masih layak pakai kepada orang lain atau lembaga amal. Menggunakan Barang Jangka Panjang. Memilih produk-produk yang dibuat untuk bertahan lama dan dapat digunakan kembali berkali-kali. Mendaur Ulang (Recycle) Langkah terakhir dalam konsep ini adalah mendaur ulang. Daur ulang memungkinkan kita untuk mengubahnya menjadi bahan baku yang dapat digunakan lagi. Mengurangi kebutuhan akan bahan-bahan baru dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Cara-cara untuk mendaur ulang meliputi: Mengumpulkan dan Memilah. Mengumpulkan yang dapat didaur ulang. Seperti kertas, plastik, logam, dan kaca, dan memilahnya sesuai dengan jenisnya. Menggunakan Produk Daur Ulang. Membeli produk-produk yang terbuat dari bahan daur ulang dan mendukung industri daur ulang. Mendukung Program Daur Ulang. Mendukung program daur ulang yang ada di komunitas kita dan mengedukasi orang lain tentang pentingnya mendaur ulang. Dengan menerapkan konsep “reduce, reuse, recycle” dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat berperan aktif dalam melindungi lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang. Langkah-langkah sederhana ini dapat memiliki dampak yang besar jika dilakukan secara konsisten oleh masyarakat secara luas. Semua

Baca Selengkapnya »
ular-berbisa-tinggi

Penting! Begini Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa

Cara membedakan ular berbisa dan tidak berbisa – Ular merupakan salah satu hewan reptil yang keberadaan nya sangat dekat dengan manusia. Hewan melata yang satu ini selalu menjadi sasaran pembantaian apabila bertemu dengan manusia. Konflik Manusia dengan ular Sedikitnya 500 – 1000 kasus konflik ular dengan manusia terjadi di satu wilayah kota kecil di Indonesia setiap tahun nya. Dan dari setiap konflik itu, hal dominan yang sering terjadi adalah kematian dari hewan reptil tersebut. Karena bagi kebanyakan manusia, ular merupakan salah satu berbahaya yang bisa membunuh manusia. Namun tidak sedikit juga korban manusia yang terkena gigitan ular baik yang sampai meninggal dunia ataupun hanya luka ringan saja. Paradigma Yang Belum Tepat Sebagian besar orang beranggapan negatif tentang ular, terlebih karena sering terjadinya kasus kematian manusia akibat digigit / ditelan ular. Akan tetapi di sisi lain, keberadaan ular penting juga untuk ekosistem rantai makanan. Perspektif negatif yang dilabelkan pada ular ini memang tak bisa serta merta menjadi alasan untuk membunuh ular. Karena bagaimanapun ular merupakan salah satu hewan yang mempunyai peran penting dalam kehidupan. Ular Berbisa & tidak Berbisa Dari ribuan spesies ular di dunia, hanya 5 – 10% saja yang mempunyai bisa / racun tinggi. Dalam artian persentase ular tidak berbisa lebih banyak daripada yg berbisa. Perlu diketahui juga bisa / racun ular itu dibagi menjadi beberapa golongan. Yang lebih sering digunakan di dunia medis saat ini adalah penggolongan bisa haemotoxin dan neurotoxin. Haemotoxin adalah bisa / racun yang menyerang tubuh manusia melalui peredaran darah. Sedangkan neurotoxin adalah bisa / racun yang menyerang tubuh manusia melalui sistem syaraf. BACA JUGA: Efek Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Manusia Cara Mudah Membedakan Ular Berikut adalah beberapa cara yang paling mudah untuk membedakan ular berbisa dan tidak berbisa: 1. Ular berbisa menunjukan sifat tenang / tidak agresif jika bertemu dengan manusia. Sedangkan ular tidak berbisa sangat agresif apabila bertemu dengan manusia. Namun point ini tidak berlaku bagi beberapa ular berbisa tinggi seperti King Cobra, Black Mamba dll. Karena mereka sangat menjaga wilayah teritorinya. Maka apabila ada sesuatu yang mengganggu teritori nya maka dengan cepat akan menyerangnya. 2. Perbedaan yang kedua biasanya terlihat bentuk kepala / muka. Ular berbisa tinggi biasanya mempunyai bentuk kepala segitiga / viper dan oval bulat. Namun hal ini sangat sulit untuk masyarakat awam membedakan nya. Karena harus terlihat jelas dari dekat. 3. Jika digigit ular berbisa, maka akan ada bekas berupa dua lubang gigitan utama yang disebabkan oleh gigi taring yang mengeluarkan bisa. 4. Ular yang tidak berbisa pada umumnya memiliki sisik dengan pola sederhana.Ular berbisa memiliki dua baris sisik jika diperhatikan secara detail. 5. Ular tidak berbisa memiliki mata dan pupil bulat. Namun ada juga beberapa ular berbisa yang memiliki mata dan pupil bulat juga, akan tetapi jumlah nya sedikit. Jangan Bunuh Ular Tuhan tidak akan semata – mata menciptakan suatu mahluk jika tidak ada maksud dan tujuan nya. Begitupun dengan ular, keberadaan nya sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem dan kehidupan manusia. Akan tetapi pandangan sebagian besar orang terhadap keberadaan ular yang masih belum tepat, menjadikan ancaman tersendiri bagi keberlangsungan hidup ular. Ketidakseimbangan Rantai Makanan Belakang ini banyak terjadi over populasi beberapa hewan down circle (hewan buruan top predator) seperti tikus, belalang, kelinci dll). Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan rantai makanan dimana, hewan – hewan top predator seperti ular dan elang semakin berkurang. Sementara jumlah makanan nya semakin melimpah. Tentunya hal ini menimbulkan efek juga bagi kehidupan manusia. Solusi Terbaik Jika Melihat / Bertemu Ular Keberadaannya yang sangat dekat dengan kehidupan manusia menjadikan hewan ini seperti musuh dalam selimut bagi sebagian besar orang. Bisa saja berada di kamar mandi anda, atau bahkan berada dibawah tempat tidur anda. Jika bertemu atau melihat ular di rumah, sebaiknya identifikasi dulu jenis ular tersebut. Perhatikan beberapa point diatas untuk membedakan jenis atau karakter ular. Usir sebisa mungkin dengan cara apapun agar ular tersebut kembali ke habitat aslinya. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut, sebaiknya panggil saja pihak terkait atau organisasi yang konsen terhadap penangana satwa liar / ular. Seperti pemadam kebakaran, SAR atau komunitas reptil yang ada di kota anda. #SAVE OUR SNAKE

Baca Selengkapnya »
orangutan-dan-ancaman-deforestasi-hutan

Orangutan dan Ancaman Deforestasi Hutan

Orangutan merupakan salah satu hewan endemik Indonesia yang keberadaannya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Di Indonesia terdapat 3 spesies yang habitat wilayahnya berbeda – beda. Hewan  yang mempunyai kemiripan yang sangat dekat dengan manusia ini hidup diatas pepohonan (arboreal). Makanan utamanya  adalah buah – buahan dan dedaunan. Sebelum lebih jauh membahas ancaman serius terhadap satwa yang satu ini, yuk kenali terlebih dahulu 3 jenisnya yang ada di Indonesia! 3 Jenis Orangutan Indonesia 1. Orangutan Kalimantan Orangutan Borneo / Kalimantan atau dalam bahasa latin nya Pongo Pygmaeus lebih banyak ditemukan di dataran rendah. Ciri khasnya adalah mempunyai gelembung suara(jakun) yang menghasilkan nada suara tinggi. Suara ini biasanya digunakan untuk memanggil kawanannya atau untuk memberitahukan keberadaan mereka. Dan juga yang jantan dewasa mempunyai pelipis seperti bantal yang khas. Orangutan Kalimantan masih banyak ditemui di area hutan bagian utara Kalimantan. Namun ada juga di beberapa hutan di wilayah lainnya. 2. Orangutan Sumatera Orangutan Sumatera (Pongo abelii) mempunyai ciri yaitu kantung pipi yang panjang pada jantan. Berbeda dengan Pongo pygmaeus, Pongo abelii lebih banyak hidup di dahan tinggi dan beralih dari satu pohon ke pohon lainnya. Panjang tubuh tidak jauh berbeda dengan spesies Kalimantan sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter.  Yang jantan dewasa biasanya penyendiri sedangkan yang betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Pongo abelii betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun. Hewan yang termasuk kedalam daftar kategori terancam punah ini masih tersebar di beberapa hutan di Pulau Sumatera. Namun lebih banyak dijumpai di hutan bagian utara Sumatera dan Aceh. 3. Orangutan Tapanuli Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) merupakan spesies baru yang ditemukan wilayah hutan Batang Tour Sumatera Utara sekitar 5 tahun yang lalu. Jenis Tapanuli ini termasuk hewan terancam punah yang jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan 2 spesies yang lain. Menurut para ahli spesies Tapanuli ini kini hanya berjumlah sekitar 700 -1000 ekor saja. Secara morfologi ciri dari orangutan ini tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, bahkan seperti berada di tengah – tengah antara spesies Kalimantan dan Sumatera. Seperti pejantan dewasa memiliki bantalan pipi yang hampir sama dengan orangutan Borneo. Namun bentuk badan nya lebih mirip dengan Orangutan Sumatera. Ancaman Serius Deforestasi Hutan Orangutan merupakan satwa yang dilindungi oleh undang – undang, karena keberadaan nya yang semakin berkurang secara sangat cepat. Sppesiesini  masuk kedalam satwa  golongan apendix 1 menurut CITES. Yakni tidak boleh dipedagangkan dan tidak boleh diburu. Namun, karena banyaknya alih fungsi lahan hutan, primata ini banyak diburu oleh masyarakat sekitar habitat mereka tinggal karena dianggap hama yang mengganggu ladang perkebunan mereka. Tidak hanya itu, bayi nya juga banyak diperjualbelikan secara illegal dan ini adalah sebuah tindak kejahatan. Hingga kini kerusakan habitat mereka (hutan) masih mendominasi penyebab  berkurangnya jumlah spesies orangutan selain perubahan iklim dan perburuan liar. Deforestasi atau berkurangnya kawasan hutan lebih banyak disebabkan oleh alih fungsi yang dilakukan masyarakat. Baik skala kecil maupun skala besar. Seperti contoh perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging, kebakaran hutan dan lain sebagainya. BACA JUGA: Efek Perubahan Iklim Jika hal ini diteruskan, kemungkinan besar 20-30 tahun ke depan kita tidak akan pernah bisa lagi melihat orangutan secara langsung. Dengan kata lain hewan ini akan punah dan hanya tinggal cerita saja.      

Baca Selengkapnya »

Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan Tambang: Sebuah Perjuangan atas Tanah, Kehidupan, dan Identitas

Beberapa waktu lalu terjadi peristiwa pembunuhan yang terjadi kepada tokoh masyarakat Dayak Deah oleh orang tak dikenal di Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Diduga para pelaku merupakan sekelompok preman yang dibayar oleh perusahaan tambang batu bara. Tentunya hal ini semakin menambah panjang cerita tentang konflik masyarakat adat dan perusahaan tambang di negeri kita ini. Pendahuluan Konflik antara masyarakat adat dan perusahaan tambang bukanlah hal yang baru. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri ekstraktif, seperti pertambangan batu bara, emas, nikel, dan mineral lainnya, masyarakat adat sering kali terjebak dalam dilema antara menjaga kelestarian tanah adat mereka dan menghadapi tekanan besar dari perusahaan yang mencari keuntungan melalui eksploitasi sumber daya alam. Konflik ini menciptakan ketegangan yang kompleks, melibatkan berbagai aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah-wilayah yang dihuni oleh masyarakat adat sering kali membawa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat tersebut. Tanah ulayat yang selama ini mereka kelola secara turun-temurun dan menjadi sumber kehidupan, tiba-tiba terancam oleh aktivitas yang tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat adat. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat adat dan perusahaan tambang, dampak dari konflik tersebut, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat untuk mempertahankan hak-hak mereka. Latar Belakang Konflik Masyarakat adat memiliki hubungan yang sangat erat dengan tanah dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Tanah bagi mereka bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga bagian dari identitas, budaya, dan sistem ekonomi mereka. Tanah adalah tempat mereka berladang, berburu, berkebun, dan menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan adat dan tradisi mereka. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, tanah yang mereka kelola dan wariskan turun-temurun mulai menjadi sasaran eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan tambang. Untuk memperoleh sumber daya alam yang terkandung di bawah tanah, perusahaan tambang seringkali mengajukan izin kepada pemerintah untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, dengan alasan meningkatkan perekonomian negara dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, di balik alasan tersebut, sering kali terdapat ketidakseimbangan yang besar antara keuntungan perusahaan dan hak-hak masyarakat adat. Masyarakat adat sering kali tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengelolaan tanah mereka. Bahkan, banyak yang tidak tahu menahu bahwa tanah mereka telah diberikan izin kepada perusahaan tambang. Dampak Konflik terhadap Masyarakat Adat 1. Kerusakan Lingkungan Salah satu dampak paling nyata dari konflik ini adalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan. Aktivitas tambang, baik itu pertambangan terbuka (open-pit) maupun bawah tanah, sering kali merusak ekosistem setempat. Penebangan hutan untuk membuka lahan tambang, pencemaran air akibat limbah tambang, dan penghancuran habitat hewan adalah beberapa contoh kerusakan yang terjadi. Bagi masyarakat adat yang bergantung pada sumber daya alam untuk bertahan hidup, kerusakan lingkungan ini sangat berdampak pada keberlanjutan hidup mereka. Sungai-sungai yang selama ini mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan memancing, tercemar oleh limbah tambang. Hutan yang menjadi sumber obat-obatan tradisional, pangan, dan tempat berburu pun lenyap. 2. Pemindahan Paksa dan Kehilangan Akses ke Tanah Sering kali, perusahaan tambang memerlukan area yang luas untuk operasi mereka, yang berarti mereka perlu menggusur masyarakat adat dari tanah mereka. Masyarakat adat yang tidak memiliki sertifikat tanah atau tidak diakui hak ulayatnya oleh pemerintah sering kali menjadi korban pemindahan paksa tanpa ada ganti rugi yang layak. Mereka tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga kehilangan akses terhadap sumber daya alam yang menjadi bagian dari kehidupan mereka. Pemindahan ini bukan hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga merusak struktur sosial dan budaya masyarakat adat. Banyak masyarakat adat yang merasa terasingkan dan kehilangan tempat mereka di dunia ini. Mereka harus hidup di daerah yang jauh dari tanah leluhur mereka, dan sering kali tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru yang tidak sesuai dengan cara hidup mereka. 3. Pengaruh Terhadap Budaya dan Identitas Bagi masyarakat adat, tanah bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari identitas budaya mereka. Banyak tradisi, upacara, dan sistem kepercayaan yang terkait erat dengan alam dan tanah mereka. Ketika tanah mereka digusur dan dihancurkan, banyak aspek budaya mereka juga terancam punah. Di banyak kasus, masyarakat adat tidak hanya berjuang untuk tanah mereka, tetapi juga untuk mempertahankan cara hidup dan sistem kepercayaan yang telah diwariskan turun-temurun. Kehilangan tanah berarti kehilangan akses terhadap situs-situs penting yang menjadi bagian dari warisan budaya mereka, seperti tempat-tempat suci atau tanah yang digunakan untuk upacara adat. Baca Juga: Masalah Sampah dan Solusinya bagi Kehidupan Peran Perusahaan Tambang dalam Konflik ini Perusahaan tambang, di satu sisi, berargumen bahwa kegiatan mereka penting untuk perkembangan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mendatangkan pendapatan bagi negara. Dalam beberapa kasus, perusahaan tambang berjanji akan memberikan kompensasi kepada masyarakat adat dalam bentuk pembayaran atau pembangunan infrastruktur. Namun, kenyataannya, banyak perusahaan yang tidak menepati janji-janjinya atau bahkan memanipulasi proses negosiasi untuk memperoleh hak atas tanah tanpa persetujuan yang sah dari masyarakat adat. Beberapa perusahaan juga menggunakan lobi dan kekuatan politik untuk memperoleh izin tambang tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap masyarakat lokal. Ada pula praktik korupsi yang terjadi dalam proses perizinan yang memudahkan perusahaan tambang untuk masuk dan melakukan eksploitasi tanpa memedulikan hak-hak masyarakat adat. Upaya Masyarakat Adat dalam Mempertahankan Hak Masyarakat adat di berbagai belahan dunia telah lama berjuang untuk mempertahankan hak atas tanah mereka. Di Indonesia, perjuangan ini sering kali dilakukan melalui organisasi-organisasi masyarakat adat yang berusaha mengadvokasi hak-hak mereka di hadapan pemerintah dan perusahaan tambang. 1. Advokasi Hukum dan Lobbying Banyak masyarakat adat yang mulai menggunakan jalur hukum untuk mempertahankan hak-hak mereka atas tanah. Beberapa organisasi masyarakat adat bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada isu-isu lingkungan dan hak asasi manusia untuk menggugat izin tambang yang tidak sah dan melanggar hak mereka. Di beberapa kasus, masyarakat adat berhasil memenangkan gugatan dan memperoleh kembali sebagian dari tanah mereka. 2. Pendekatan Dialog dengan Perusahaan Selain melalui jalur hukum, banyak masyarakat adat juga berusaha untuk berdialog dengan perusahaan tambang. Mereka berusaha mencari solusi damai yang menguntungkan kedua belah pihak, seperti mendapatkan kompensasi yang layak atau negosiasi ulang terkait penggunaan tanah mereka. Namun, dalam banyak kasus, dialog ini sulit dilakukan karena ketimpangan kekuatan antara masyarakat adat dan perusahaan besar. 3. Kesadaran dan Pengorganisasian Masyarakat Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran tentang pentingnya melestarikan tanah dan budaya semakin meningkat

Baca Selengkapnya »
https://damarpilau.id/keunikan-komodo-yang-hanya-ada-di-labuan-bajo

Keunikan Komodo Yang Hanya Ada di Labuan Bajo

Apa itu komodo? Dengan panjang mencapai 10 kaki dan berat lebih dari 300 pon, komodo adalah kadal terberat di Bumi. Mereka memiliki kepala yang panjang dan datar dengan moncong bulat, kulit bersisik, kaki melengkung, dan ekor yang besar dan berotot. Habitat Komodo telah berkembang biak di iklim yang keras di Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia selama jutaan tahun. Mereka lebih menyukai hutan tropis di pulau-pulau tersebut tetapi dapat ditemukan di seluruh pulau. Meskipun reptil atletis ini dapat berjalan hingga tujuh mil per hari, mereka lebih memilih tinggal di dekat rumah—jarang bepergian jauh dari lembah tempat mereka menetas. Reproduksi Setahun sekali, saat mereka siap kawin, komodo betina mengeluarkan aroma melalui kotorannya untuk diikuti oleh komodo jantan. Ketika naga jantan menemukan betina, dia menggaruk punggungnya dan menjilati tubuhnya. Jika dia menjilatnya kembali, mereka kawin. Laki-laki juga terkadang bergulat satu sama lain untuk mendapatkan hak kawin. Betina yang hamil kemudian bertelur sekitar 30 butir, yang mereka kubur di dalam tanah hingga menetas delapan bulan kemudian. Ketika tidak ada pejantan di sekitarnya, komodo betina memiliki cara lain untuk bereproduksi: Karena mereka memiliki kromosom seks jantan dan betina, komodo betina dapat bereproduksi secara aseksual dalam proses yang disebut partenogenesis. Baca Juga: Fakta Menarik Tarsius Belitung yang terancam punah Diet Sebagai predator dominan di beberapa pulau yang mereka tinggali, komodo akan memakan hampir semua hal, termasuk bangkai, rusa, babi, dan lainnya, bahkan kerbau besar. Saat berburu, komodo mengandalkan kamuflase dan kesabarannya, berbaring menunggu mangsa yang lewat. Ketika korban lewat, naga itu melompat, menggunakan cakarnya yang tajam, dan gigi bergerigi seperti hiu untuk mengeluarkan isi perut mangsanya. Makanan Komodo memiliki kelenjar racun yang mengandung racun yang menurunkan tekanan darah, menyebabkan pendarahan hebat, mencegah pembekuan, dan menyebabkan syok. Naga menggigit dengan gigi bergerigi dan menariknya ke belakang dengan otot leher yang kuat, mengakibatkan luka menganga yang besar. Racunnya kemudian mempercepat hilangnya darah dan membuat mangsanya syok. Hewan yang lolos dari rahang Komodo hanya akan merasakan keberuntungan sesaat. Naga dapat dengan tenang mengikuti pelarian sejauh bermil-mil saat racun mulai bekerja, menggunakan indera penciuman mereka yang tajam untuk menangkap mayat tersebut. Seekor naga bisa memakan 80 persen berat tubuhnya dalam sekali makan. Ancaman terhadap kelangsungan hidup Meskipun reproduksi aseksual memungkinkan komodo betina untuk mengisi kembali populasinya—sebuah keuntungan evolusioner—namun ada kelemahan yang signifikan: Proses reproduksi ini hanya menghasilkan anak laki-laki. Kelangkaan betina lain dalam suatu populasi telah menyebabkan adanya bukti perkawinan sedarah. Keengganan reptil ini untuk pergi jauh dari rumah memperburuk masalah karena populasi spesies tersebut menurun dan terfragmentasi. Manusia juga menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup komodo. Masyarakat telah membakar habitatnya untuk membukanya untuk keperluan lain, sementara pemburu liar mengincar reptil ini dan mangsanya. Wisatawan juga menawarkan pembagian makanan dan mengganggu proses kawin komodo—yang menyebabkan pemerintah Indonesia mempertimbangkan penutupan sementara Pulau Komodo, salah satu dari beberapa tempat mereka ditemukan, untuk pariwisata. Namun upaya konservasi juga penting bagi wisatawan, karena mereka memberikan insentif kepada penduduk setempat untuk membantu melindungi komodo. Konservasi Pada tahun 1980, Indonesia mendirikan Taman Nasional untuk melindungi komodo dan habitatnya. Tempat perlindungan seluas 700 mil persegi ini juga merupakan rumah bagi spesies seperti unggas semak berkaki oranye dan rusa Timor, serta lingkungan laut yang kaya yang mendukung paus, lumba-lumba, penyu, hiu, karang, bunga karang, pari manta, dan masih banyak lagi. dari seribu spesies ikan. Sekarang menjadi situs Warisan Dunia UNESCO, Taman Nasional Komodo telah melakukan patroli untuk mencegah perburuan liar. Ia juga bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk membangun kesadaran akan spesies ini dan pentingnya melindunginya. Baca Juga: Dampak deforestasi hutan terhadap keberlangsungan hidup manusia Wisata Komodo Walaupun selalu menjadi polemik dan perdebatan antara pemerintah dan masyarakat setempat. Kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Labuan Bajo terus meningkat setiap tahunnya. Karena pengaruh popularitas destinasi wisata dan keindahan alam Labuan Bajo serta rasa keingintahuan melihat komodo sangat besar. Namun, menurut saya pribadi, sepanjang kegiatan pariwisata ini tidak mengganggu ekosistem yang ada, syah – syah aja. Karena biar bagaimanapun, di satu sisi masyarakat membutuhkan penghasilan yang bersumber dari pariwisata. Nah buat kamu yang punya rencana liburan ke Labuan Bajo, Saya rekomendasikan paket tour Labuan Bajo 4 hari 3 malam dari Agatha Tour. Karena pelayanan, fasilitas serta harganya sudah benar – benar memuaskan dan terjangkau. Segera kunjungi website nya aja ya !

Baca Selengkapnya »